Kamis, 10 November 2022

Jejak Semesta

oto bersama pak marwan dan istri dihari terakhir sekaligus pamit

" kehidupan adalah pembelajaran yang tak berkesudahan, semakin jauh berkelana semakin banyak hal pula yang kita terima "


mendengar kata Lombok yang terlintas pada umumnya manusia mungkin keindahan alam dan budayanya, tapi ada yang luput dari sebagian pandangan manusia, dan ini adalah sisi lain dari Indonesia.

lebih dari 900 km dari titik awal kubermula ada pulau kecil yang cantik dan masih terjaga keindahanya. Gili Asahan namanya, terletak diKecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat, NTB. pulau seluas 12.000 hektar ini terdiri dari kuranglebih 33 kk dengan jumlah penduduk sekitar 130 orang. Pulau kecil cantik ini belum tersentuh listrik sama sekali, hanya dialiri oleh villa setempat yang dikelola oleh warga asing pada satu tempat pusat yang mereka sebut "baruga" namun tak jarang listrik itu mati, sehingga mereka sudah terbiasa hidup dalam kegelepan atau hanya diterangi dengan lampu tenaga surya yang bahkan terangnya tak cukup untuk melihat dengan jelas lauk apa yg kumakan pada malam hari.

Gili Asahan mungkin diselimuti gelap, karena tidak ada listrik yg mengalirinya tapi cerita singkat itu justru menerangi kembali hidupku yang mulai meredup, menemukan kembali arti bahagia yg lebih sederhana, saat semesta pikiranku dipenuhi dengan tanda tanya, pada suatu malam dibawah remang lampu tenaga surya Pak Marwan, kutemukan sebuah jawaban. 

Kami mengobrol mulai dari masa kecil Pak Marwan yang tidak pernah bertemu dengan orangtuanya, tak pernah merasakan bangku sekolah  bahkan sampai pengalaman diusir dari rumah paman nya dan berjalan kaki memungut cabai untuk mempertahankan hidupnya.

" saat orang berlomba jadi apa dan siapa justru menurut saya yg penting adalah pondasi nya, bagaimana 5 waktunya? bukankah itu yg penting dan menjadi pembeda tiap manusia? " katanya- yg mampu menampar keras  dan berhasil membuatku menitikan air mata, untungnya hanya gelap yg terlihat dan sedikit isak tangis yang berhasil kutepis, pak marwan tertawa kecil "iyakan?" tanyanya, aku hanya mampu mengangguk sambil mengusap air mata.

Apa yang kukejar didunia? mengapa seperti berlomba-lomba untuk menjadi pemenangnya? bukankah ini adalah tempatku mencari bekal dikehidupan akhir nanti sebagai manusia?

Apa yang kucari didunia? mengapa seperti tidak ada ujungnya? tidak pernah puas dan selalu meminta lebihnya?

Apa yang kutinggal didunia? bukankah hanya sebuah nama? pun jika memang banyak hal baik karenanya, bagaimana jika banyak salahnya? 

Semenjak saat itu aku tak akan pernah lupa, senyum tulus dan nasehat baiknya, terimakasih Pak Marwan, air mataku malam itu adalah air mata kesadaran, bahwasanya hidup bukan hanya tentang kesenangan, ada banyak hal yg perlu disiapkan, dalam menghadapi,

sebuah, kematian....


;cerita dari Lombok

-semesta.






Perempuan dan Suaranya Yang Terbungkam

ditengah gemuruh dunia yang berbicara lantang, ada suara perempuan yang terbungkam.  mimpi mereka yang tinggi dihalang oleh patriarki, angan...