Jumat, 14 Maret 2025

Perayaan ditengah kesendirian

Perlahan, aku mulai mengetuk pintu perkenalan, sembari meraba tanganya yang mulai keriputan namun mampu membawa ketenangan, Oma Yudhi namanya.



(perayaan hari ibu bersama oma yudhi di panti wreda solo, desember 2024)

"Oma, sudah berapa lama disini?" tanyaku yang kemudian dijawab dengan usapan dipunggung tangan kanan, sementara tangan kirinya menyusun angka tiga.

"aku baru tiga bulan, diantar sama keponakan" wajahnya mengulas senyuman, meski dalam lubuk hatinya bukan ini yang ia inginkan

dan kami pun mulai bercerita, tentang 40 tahun masa kehidupanya yang dihabiskan bersama dinginya kota bandung, tentang ia yang begitu cinta dengan masakan arem-aremnya, atau tentang masa mudanya yang bekerja di pabrik garmen, sampai pada cerita tentang suaminya yang pergi meninggalkanya untuk selama - lamanya.

dan di panti wreda inilah, ia tinggal untuk menghabisi sisa usianya.

tanganya semakin ku genggam erat, walau aku tau bahwa itu semua pasti berat. Dan tepat didepan kami ada sekotak peti jenazah milik temanya yang sudah berpulang, sedang menunggu sisa keluarga yang ada untuk memakamkanya.


aku terdiam,

tertampar kenyataan.

bak menunggu giliran, kita semua akan dihadapkan pada sebuah kematian

siap tidak siap, mau tidak mau


"selama aku disini, sudah ada 5 orang meninggal" jelasnya yang memecah keheningan

bagaimana bisa? disaat mereka sudah merasakan sakitnya ditinggalkan, mereka juga harus menghadapi kepergian temannya,

satu - persatu.


mata kami saling beradu, ah.. membayangkanya saja sudah berat, dadaku sesak.

dan kamipun mencipta tawa, merangkai bunga dengan warna pink favoritnya, mencoba fruit rolls dengan buah favoritnya, bernyanyi bersama, sampai waktu perpisahan pun tiba.

"terimakasih, terimakasih ya anak cantik, cantik sekali, warna bibirnya juga bagus, geulis euy" pujinya sambil mengusap halus wajahku -

"siapa namamu?"

"norma, norma semesta" jawabku tersipu


harusnya aku yang berterimakasih atas pelajaran berharga yang kudapat hari ini, barangkali ini adalah cara Tuhan menyampaikan sebuah makna untuk menghargai apa yang masih ada

"Selamat hari ibu ya oma, terimakasih sudah menjadi ibu yang baik, sehat - sehat ya oma, aku pamit, nanti semoga masih bisa main kesini ketemu oma lagi" sedih rasanya harus mengucap pamit meskipun perpisahan adalah hal yang tak terhindarkan

kami berpelukan, sebagai bentuk perpisahan

"semoga nanti aku masih ada ya"

- bisiknya ditelingaku


oma yudhi bersama bunga pink favoritnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dan Suaranya Yang Terbungkam

ditengah gemuruh dunia yang berbicara lantang, ada suara perempuan yang terbungkam.  mimpi mereka yang tinggi dihalang oleh patriarki, angan...