Jumat, 22 Juli 2022

BAB KEHIDUPAN


mungkin ini akan menjadi sebuah kumpulan paragraf yg cukup panjang untuk menjelaskan, betapa bersyukurnya aku bertemu dengan guru yg tak sadar memberikan pelajaran berharga, aku menyebutnya ilmu kehidupan.

minggu lalu pada pertengahan buli juli aku berangkat menuju jogjakarta, dengan rasa gundah dan beberapa pertanyaan yg memenuhi semesta pikiranku. 


setelah beberapa pertimbangan, aku memutuskan untuk berangkat menggunakan bus, selain menghemat biaya anak kost kupikir aku bisa duduk terdiam dan melamun tanpa harus memikirkan perjalanan dan tiba dengan aman. 


aku memang sudah memasuki waktu libur semester dan artinya pembelajaran juga diliburkan, tapi ternyata Tuhan tak ingin aku berhenti belajar, kali ini belajar mengenai bab kehidupan. 


untuk menuju jogjakarta, dari wonosobo aku harus menyambung bus diterminal tidar jurusan magelang-yogyakarta, setelah membayar dan turun aku kemudian naik bus panjang 2 pintu berwarna putih, didalam sudah ada wanita yg nampak kepanasan dan ada bapak yg sudah cukup berumur duduk dikursi panjang belakang, aku meletakan tas dan duduk disampingnya.


"badhe teng pundi pak?" tanyaku sambil tersenyum.

"teng daerah denggung, dodolan sak onten e niku mbak" jawab nya dengan sangat ramah sembari menunjuk daganganya.


rupanya beliau berjualan keliling seperti kompor, panci-panci dan peralatan rumah tangga lainya. Beliau sudah belasan tahun berjualan parabot keliling, dan ternyata kami sama sama berasal dr wonosobo hanya berbeda kecamatan, kata nya ia sudah biasa bolak-balik jogja wonosobo untuk berjualan. 


"yo jenenge wis tua yo mbak, luru kesibukan daripada kesepian, sak onone sek penting disyukuri" ujar nya sambil tertawa, aku tersenyum hambar merasakan betapa kalimat bapak ini menampar hatiku dan membuatku berpikir,


selama ini apa si yg kukejar? 


tak lama wanita yg nampak kepanasan tadi menimbrung pembicaraan kami, 

"kapan gih pak niki le pangkat bis e, wes rakuat panas e, keringete gemrobos" ujarnya sambil mengibas-ngibas kan jilbab nya dan naik turun bis. 

"medhak pundi mbak?" tanya bapak tadi

"kulo jombor, tapi wes rakuat mumet tak medhak rumah sakit niko mawon, bojone kulo mpun teng riko" jawab wanita itu sambil kembali duduk ditempatnya

"oalah mpon enten bojone, mpon gadhah putro mbak?" tanya bapak itu dengan lembut

"dereng niki pak, mpun 2 tahun tapi dereng isi, jeneng e urip gih pak, latihan sabar" jawab nya


aku menyimak percakapan mereka dan kembali terdiam, 


"lha nggih bener, anak e kulo gih dereng isi, yo mboten nopo-nopo jeneng e dereng dititipi, sabar niku kudu terus" hibur bapak tadi dengan senyum nya yg teduh. 


tak lama bus pun jalan, penumpang demi penumpang pun naik dan tepat dijalan depan bengkel tempat bus mengisi angin naiklah bapak yg tampak riweuh dengan barang bawaan nya, sepertinya bapak ini kulakan dagangan. 


"kulo lenggah mriki gih mbak" ucapnya sambil melepas topi dan duduk disampingku.

"oh gih pak, monggo-monggo" jawab ku tersenyum

"nembe kulakan niki pak?" tanyaku

"gih niki mbak, sekalian enten titipan barang, yo sekedik mboten nopo nopo asal telaten" jawab bapak itu dengan mengibaskan kaos oblong birunya.


kemudian bapak kaos biru itu mengobrol dengan bapak yang tadi disampingku, mereka berbicara ttg banyak hal terlebih mengenai suka duka berjualan keliling yg tak pasti pendapatanya. Bapak tadi bercerita tentang susahnya menghabiskan dagangan tisu dan barang barang dagangan lainya karena sudah ada banyak pesaing, 


"mbiyen keliling jualan niku angel mbak nemu sek dodol kados kulo, tapi saiki akeh saingane dadi ra mesti entek dagangan e, kui kulakan wes mbuh kapan entek e" jelas bapak itu sembari menunjuk dagangan nya. 


aku terdiam, menelan ludah perlahan dan bertanya kembali ke bapak kaos merah itu.


"teng riki kaleh sinten pak?

"karo keluarga mbak, anakku 2 sek siji SD sek siji TK, ngontrak bareng koncoku, yowes onone koyo ngene yo disyukuri, gih pak?" bapak kaos biru itu menoleh ke bapak yg tadi disampingku 

"kudu telaten, opo wae kerjane saiki angel mbak sing penting cukup karo bersyukur


kalimat terakhir dari bapak itu berhasil menamparku, dan melihat sejauh ini aku berdiri berapa banyak nikmat yg tak kusadari? berapa banyak bahagia yg tak aku syukuri? bahkan mungkin aku disibukan dengan hal hal yg malah mengeluh dalam diri. 


bapak kaos biru itu berdiri, mengambil dagangan nya dan mengetuk pintu bus agar berhenti pada tujuan nya. 


"nggo mbak, pak, antos-antos" pamitnya sambil tersenyum.


bus berjalan meninggalkan bapak itu, tapi kalimat yg ia sampaikan mungkin secara tak sadar itu adalah pembelajaran bagiku, 

Terimakasih pak, ilmu nya sangat bermanfaat, sehat-sehat dan semoga banyak hal baik berdatangan🤍


"pertemuan kita dengan siapapun manusia bukan hanya kebetulan dan tak sengaja, bisa jadi itu adalah satu cara Tuhan untuk menyampaikan sebuah makna."


-semesta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan dan Suaranya Yang Terbungkam

ditengah gemuruh dunia yang berbicara lantang, ada suara perempuan yang terbungkam.  mimpi mereka yang tinggi dihalang oleh patriarki, angan...