Jumat, 14 Maret 2025

Perempuan dan Suaranya Yang Terbungkam





ditengah gemuruh dunia yang berbicara lantang, ada suara perempuan yang terbungkam. 


mimpi mereka yang tinggi dihalang oleh patriarki,

angan mereka yang besar dihentikan oleh ia sipaling benar


perempuan bersuara, tangan terangkat meminta haknya 

namun senyum sinis didapatinya, beserta ludah dari sang angkuh yg berkuasa


"bukan tempatmu" kata mereka 

hanya karena mereka perempuan, hanya karena mereka tidak sesuai dengan apa yang dunia inginkan.


suara perempuan adalah kekuatan yang tak terluhat, tertahan dalam bisu namun berontak dalam keheningan.


ditengah keraguan, mereka melawan menuntut hak, menuntut pengakuan, dan segala hal ketimpangan.


suara peremouan adalah suara yang tak bisa dibungkam, tak peduli berapa kali dunia mencoba menutup dengan bayang ketakutan 

tapi tiap langkah perempuan adalah bentuk perlawanan

tiap kata yang terucap adalah gelora kebebasan


aku perempuan, aku tidak sempurna;

dan aku mencintai ketidaksempurnaan itu.


hari ini, kita rayakan suara yang pernah terbungkam itu, lantangkan kembali dan biarkan seisi dunia mendengar, karena suara perempuan tak akan pernah terhenti.


untuk setiap impian yg pernah diremehkan, setiap hal yang pernah diabaikan 


hari ini kita berdiri berdiri bersama dan lantangkan kembali suara kita


selamat hari perempuan sedunia

perempuan bisa, perempuan berdaya !!




suara dari semesta, untuk untuk seluruh perempuan di dunia
yogyakarta, 8 Maret 2025


Perayaan ditengah kesendirian

Perlahan, aku mulai mengetuk pintu perkenalan, sembari meraba tanganya yang mulai keriputan namun mampu membawa ketenangan, Oma Yudhi namanya.



(perayaan hari ibu bersama oma yudhi di panti wreda solo, desember 2024)

"Oma, sudah berapa lama disini?" tanyaku yang kemudian dijawab dengan usapan dipunggung tangan kanan, sementara tangan kirinya menyusun angka tiga.

"aku baru tiga bulan, diantar sama keponakan" wajahnya mengulas senyuman, meski dalam lubuk hatinya bukan ini yang ia inginkan

dan kami pun mulai bercerita, tentang 40 tahun masa kehidupanya yang dihabiskan bersama dinginya kota bandung, tentang ia yang begitu cinta dengan masakan arem-aremnya, atau tentang masa mudanya yang bekerja di pabrik garmen, sampai pada cerita tentang suaminya yang pergi meninggalkanya untuk selama - lamanya.

dan di panti wreda inilah, ia tinggal untuk menghabisi sisa usianya.

tanganya semakin ku genggam erat, walau aku tau bahwa itu semua pasti berat. Dan tepat didepan kami ada sekotak peti jenazah milik temanya yang sudah berpulang, sedang menunggu sisa keluarga yang ada untuk memakamkanya.


aku terdiam,

tertampar kenyataan.

bak menunggu giliran, kita semua akan dihadapkan pada sebuah kematian

siap tidak siap, mau tidak mau


"selama aku disini, sudah ada 5 orang meninggal" jelasnya yang memecah keheningan

bagaimana bisa? disaat mereka sudah merasakan sakitnya ditinggalkan, mereka juga harus menghadapi kepergian temannya,

satu - persatu.


mata kami saling beradu, ah.. membayangkanya saja sudah berat, dadaku sesak.

dan kamipun mencipta tawa, merangkai bunga dengan warna pink favoritnya, mencoba fruit rolls dengan buah favoritnya, bernyanyi bersama, sampai waktu perpisahan pun tiba.

"terimakasih, terimakasih ya anak cantik, cantik sekali, warna bibirnya juga bagus, geulis euy" pujinya sambil mengusap halus wajahku -

"siapa namamu?"

"norma, norma semesta" jawabku tersipu


harusnya aku yang berterimakasih atas pelajaran berharga yang kudapat hari ini, barangkali ini adalah cara Tuhan menyampaikan sebuah makna untuk menghargai apa yang masih ada

"Selamat hari ibu ya oma, terimakasih sudah menjadi ibu yang baik, sehat - sehat ya oma, aku pamit, nanti semoga masih bisa main kesini ketemu oma lagi" sedih rasanya harus mengucap pamit meskipun perpisahan adalah hal yang tak terhindarkan

kami berpelukan, sebagai bentuk perpisahan

"semoga nanti aku masih ada ya"

- bisiknya ditelingaku


oma yudhi bersama bunga pink favoritnya

Gelap yang menerangi

Jauh dari ingat bingar dan gemerlap kota, Gili Asahan mungkin diselimuti gelap, karena tidak ada listrik yg mengalirinya tapi cerita singkat itu justru menerangi kembali hidupku yang mulai meredup, menemukan kembali arti bahagia yg lebih sederhana, sesederhana melihat senyum mereka, pelukan hangat dan tulus dari mala, atau sapaan penuh cinta dari azra

pada suatu sore ditepi pantai ditemani deburan ombak yang menenangkan, gadis kecil dengan senyum yang terus terukir diwajahnya kugendong, kumala namanya, tanganya menggenggam erat leherku, kepalanya bersandar pada pundak ku.

Gili Asahan, 2023. (Mala membawa kerang ke arahku sambil belajar menghitung)


"malaa, nanti kalau besar mala mau jadi apa?" tanyaku sambil menyisir pasir pantai

"mmm kaya kaka norma" jawabny disusul senyum malu malu

"eh? kenapa kak normaa mala?" tanyaku kembali dengan tawa kecil

mala terdiam, aku menengok gadis kecil itu dalam gendonganku, ia hanya tersenyum dengan gigi yang tersusun rapi.

"malaa, nanti kalau mala besar, mala harus lebih hebat dari kaka normaa ya?? nanti mala bisa pergi kemana-mana, nanti kak norma kesini lagi ketemu sama mala" 

gadis 5 tahun itu kuturunkan dari gendongan lalu mengangguk, 

"toss dulu" ajakku

telapak tanganku yg kecil bertemu dengan telapak tangan mala yang mungil, lalu tangan kita bergandengan berjalan kembali menyusuri tepi pantai gili asahan.


esoknya, sewaktu penulisan mimpi, teman teman yang lain mulai berandai dan menuliskan mimpi nya sedangkan mala, 

"kaka ini tulis bagaimana?" tanyanya sambil memegang erat pensil ditanganya.

"mala mau tulis apaa?" 

tak lama kemudian, ia mulai menuliskan guruf b, disusul huruf lain nya dan menjadi satu kata bertuliskan "belajar" aku tersenyum dan berjalan menjauh, menyaksikan mala ditengah teman-teman nya.


terus belajar dan bertumbuh ya mala, nanti kita bertemu lagi !! dengan mimpi dan pencapaian kita masing-masing, nanti lihat kak norma di TV yaa!! semoga seiring mala tumbuh gili asahan sudah dialiri listrik dan mala bisa terus belajar!! sekarang kak norma tinggalkan jejak itu semoga esok bisa kembali mengulang yaa

 


poto bersama mala (yg digendong) bersama teman - teman nya didepan
satu satunya sekolah di Gili Asahan


Sekolah Kehidupan


pagi itu, meskipun hujan mengguyur dusun gili kami harus tiba di sekolahan untuk bertemu dengan anak-anak. berjalan kaki kuranglebih 1.5 km Melewati jalanan kecil dengan kanan kiri laut dan mangrove untuk menjemput senyum mereka.

dan benar, kedatangan kami disambut dengan senyum tulus dari mereka yg kemudian memanggil-manggil nama kami "ibuuu,ibuuu sinii" kata mereka

kami pun masuk, membaur dan bermain bersama mereka, menggambar apa yg mereka inginkan, menulis surat kepada orang yg mereka pikirkan dan menggantung mimpi yang akan mereka wujudkan.

gadis kecil dengan bedak tak rata khas anak indonesia bertanya kepadaku, 

"ibuuu, tulis apa cita-citanya?" tanyanya dengan meletakan pensil pada dagunya.

"bebas zahro, mimpi yg banyak yaa, mau apa saja dan jadi apa saja boleh" jawabku 

"mmm bingung" alisnya bertaut, dia berpikir keras sementara teman yg lain sudah menuliskan satu demi satu mimpinya.

"zahro mau keliling dunia?" tanyaku yg membuat tambah kerut dikeningnya

"tidak mau bu, pusing kepala" jawab nya dengan lugu, aku tertawa kecil

"zahro mau naik pesawat?" tanyaku lagi

"tidak mau bu, takut jatuh" 

"mau jalan jalan naik helikopter??" tanyaku sekali lagi

alisnya semakin mengerut, ia menggeleng-geleng. 


sementara disampingnya ada diana, dia memanggilku

"ibuu, mau naik roket" ujarnya penuh semangat

"bolehhh diana, ayo ditulis naik roket" kataku sambil menunjuk kertas yg akan dituliskan mimpinya, ia menulis dengan semangat menggebu membayangkan ia akan terbang naik roket

"ibuu, mau jadi yg begini begini" katanya sambil mempergakan orang yg memakai blush on 

"diana mau jadi make up artist??" tanyaku dengan mata berbinar

"make up saja ibu, tidak mau artist" aku tersenyum "bagaimana ibu tulis nya??" sambungnya.



pulau bawean, 23-30 juni '22


zahro sangat bersemangat dan mempertimbangkan apa yg akan terjadi dengan segala resikonya, diana sangat menggebu dan ambis terhadap mimpinya. 

aku yakin keduanya akan sukses, pada jalan dan cerita nya masing-masing.


sampai bertemu kembali zahro, diana dan teman-teman kelas yg lain, nanti kita cerita ttg banyak hal ya!!! 

Senin, 11 November 2024

hujan dan riuhnya pikiran


penat dan segala pikiran ku istirahatkan,

tapi dibanding langsung merebahkan badan,

aku memilih duduk sendirian dihalte, sembari menunggu hujan.

hanya sekedar untuk beradu dengan pikiran.


ramai, tapi sepi.

terang, tapi gelap.

hujan mereda, tapi pipiku yg basah.


diantara banyaknya lamunan,

bayangan tentang masa depan adalah hal besar yg paling aku takutkan.


dikota besar ini, akankah mimpi ku terwujudkan ?


5 juli 2024 

jakarta, selepas hujan.

  • semesta 

Jumat, 20 Oktober 2023

Perihal Kehilangan ;

     



    Kalau suatu saat nanti ada yg pergi dari kehidupanku, tolong ingatkan bahwasanya aku, harus selalu siap dengan sebuah "kehilangan", beberapa ditakdirkan menemani sampai akhir, tapi beberapa juga memang porsinya hanya sebagai pelengkap cerita, sebagai perantara Tuhan untuk menyampaikan sebuah "makna"

    Ingatkan aku jangan terlalu menggenggam erat dengan apa yg aku miliki, apapun itu. Semua hanyalah titipan, semuanya akan kembali, akan pergi, dan aku akan pulang pada awal mula aku berasal. Jangan sampai aku menjadi orang yg menangisi dengan larut sebuah kehilangan.

    Biarkan aku menjaga, merawat, menyayangi sewajarnya. Menghargai ketika masih bersama dan mengikhlaskan ketika memang pergi, adalah jalan terbaiknya.


menulis ulang sebuah tulisan pada ;

Yogyakarta, 9 Februari 2021.

- Semesta

Selasa, 21 Maret 2023

Wahai


Wahai jiwa yang dirundung kesepian

sejenak, hatimu perlu ditenangkan

barangkali dengan secangkir kopi yang meneduhkan

Bagaimana tuan?


Wahai jiwa yang penuh kehampaan

Dirimu mungkin butuh sandaran

Perlukah bahuku kukorbankan?

Ceritakan segala kegundahan

Tuntaskan air matamu itu jika diperlukan


Wahai jiwa yang sedang dipatahkan

Raut wajahmu tak bisa ditutupi kebohongan

Resah kau melanda seram

Tapi tenang,

Masih ada hatiku yang bertahan


Dan wahai jiwa yang penuh penyesalan

Apa kabar? apakah kau senang?


Kemarilah, sudah kubilang

Aku adalah tempatmu pulang.


- semesta

yogyakarta, 21 Maret 2023

Perempuan dan Suaranya Yang Terbungkam

ditengah gemuruh dunia yang berbicara lantang, ada suara perempuan yang terbungkam.  mimpi mereka yang tinggi dihalang oleh patriarki, angan...